Saturday, June 21, 2008

Resesi atau Redefinisi

gambar dari sini



oleh Hazel Palache
diambil dari sini

Saya sering mendengar kata-kata "Kita sedang dalam resesi, barang2 mahal, segalanya jadi makin susah" dan orang itu masih pergi ke Starbucks, merokok, dan makan di luar.

Jika anda mengenal saya, pasti anda tahu bahwa saya selalu menganjurkan untuk melihat kepada sisi baik. Berfokus pada apa yang anda miliki, bukan pada yang tidak anda miliki. Bahkan jka keadaan menjadi lebih buruk, saya menganjurkan anda untuk untuk memandangnya sebagai waktu untuk redefinisi(mendefinisikan kembali) ketimbang melihatnya sebagai masa resesi. Baru-baru ini saya mendengar seseorang berkata "Walaupun ada resesi, tapi saya memilih untuk tidak ikut serta didalamnya". Sebuah cara pandang yang luar biasa.

Saya mengetahui bahwa segala sesuatunya relatif, tetapi jika anda mempunyai makanan di atas meja, tempat untuk berteduh, kesehatan dan pakaian yang layak, ingatlah untuk bersyukur pada apa yang anda miliki ketimbang selalu berharap untuk apa yang tidak anda punyai.

Saya tidak bermaksud menghilangkan semua kenikmatan karena itu mungkin artinya kita tidak menikmati hidup, tapi walaupun anda menghasilkan banyak uang, sebaiknya anda juga berpikir untuk menabung sedikit disaat ini. Orang kaya menjadi semakin kaya karena mereka mencermati pengeluaran mereka.

Apakah anda pergi ke Starbuck atau tempat sejenisnya setiap hari? Mengapa? Anda tidak benar-benar "membutuhkan" kopi/teh yang anda beli! Starbuck yang membutuhkannya, itu cara mereka mendapatkan uang. Jika anda menghabiskan $4 selama 5 hari dalam seminggu, dalam periode 6 bulan itu berarti $500. Bukankah lebih baik hal itu dialihkan untuk liburan pendek atau baju baru atau membayar kartu kredit? Jika anda merasa tidak bisa menikmati hidup, batasilah menjadi sekali dalam seminggu dan taruh sisa uangnya dalam sebuah toples lalu tiap akhir bulan anda bisa menabungnya. Apa yang tidak kita ketahui tidak akan membuat kita kehilangan dan orang-orang tetap bahagia dan bersemangat bahkan sebelum ada warung kopi. Hal ini seperti kecanduan dan sangat mudah untuk dihilangkan.

Saya sudah tidak merokok selama 30 tahun terakhir jadi saya bahkan tidak tahu harga satu bungkus rokok hari ini. Tapi bayangkan uang yang bisa anda tabung jika anda bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan kebiasaan merokok.

Saya sangat menganjurkan anda untuk berpikir sejenak pada pengeluaran anda daripada anda hanya membiarkan uang itu mengalir begitu saja lewat tangan. Jika anda menepati anggaran belanja selama satu minggu, anda mungkin akan terkejut mengetahui uang yang anda belanjakan dan yang bisa anda tabung jika anda benar-benar mau. Ambillah waktu ini untuk mendefinisikan ulang hal-hal dalam hidup anda, berpikir agak berbeda dan rasakan perubahannya.

Friday, May 30, 2008

Tuhan Tidak Pintar Matematika

www.cs.dartmouth.edu/~rockmore/MathLifePolys.jpg



diambil dari forum kaskus:

Dari pengamatan saya terhadap keseharian yang saya temui, saya dapat menyimpulkan satu hal: Tuhan memang serba bisa, tapi Dia tidak pintar matematika. Kesimpulan ini bukan tanpa dasar lho. Banyak bukti empiris yang mendukung kesimpulan saya ini.

Sebagai seorang "fresh graduate", saya tak mungkin mengharapkan penghasilan tinggi dalam waktu sekejap. Terlebih karena saya memegang prinsip bahwa hal yang terpenting dalam bekerja adalah kepuasan hati. Saya lebih memilih pekerjaan yang mungkin tak segemerlap pekerjaan yang dipilih teman-teman seangkatan saya, tapi mampu "memuaskan" idealisme saya.

Saya memang sangat mencintai dan menikmati pekerjaan saya saat ini. Tapi saat saya berbincang dengan seorang teman yang bekerja di ibukota, ia mulai membandingkan penghasilan kami (dari sisi finansial tentunya). Jelas saja saya kalah telak darinya.

Saya sempat jengkel sebentar. Bagaimana tidak. Selama bermahasiswa, sepertinya prestasi kami sejajar, bahkan saya lebih dahulu lulus ketimbang dia. Tapi kenapa Tuhan tidak menitipkan rejeki yang sama besarnya dengan yang dititipkan pada teman saya ini?

Tapi, begitu saya merenungkan kembali segala kebaikan Tuhan saya menemukan satu hal yang luar biasa. Ternyata penghasilan saya yang tak seberapa itu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya, bahkan untuk mengirim adik ke bangku kuliah. Padahal logikanya pengeluaran saya per bulannya bisa sampai dua kali lipat penghasilan saya. Lalu darimana sisa uang yang saya dapat untuk menutupi kesemuanya itu? Wah, ya dari berbagai sumber. Tapi saya percaya tanpa campur tangan-Nya, itu semua tidak mungkin.

Nah, ini salah satu alasan mengapa Tuhan tidak pintar matematika. Lha wong seharusnya neraca saya sudah njomplang kok masih bisa terus hidup.

Bukti kedua adalah kesaksian seorang teman. Ia mengaku kalau semenjak lajang, penghasilannya tidak jauh berbeda dengan sekarang. Anehnya, pada saat ia masih membujang, penghasilannya selalu pas. Maksudnya, pas akhir bulan pas uangnya habis. Anehnya, begitu ia berkeluarga dan memiliki anak, dengan penghasilan yang relatif sama, ia masih bisa menyisihkan uang untuk menabung. Aneh bukan?

Berarti kalau bagi manusia 1 juta dibagi satu sama dengan 1 juta dan 1 juta dibagi dua sama dengan 500 ribu, tidak demikian bagi Tuhan.

Dari kesaksian teman saya, satu juta dibagi 3 sama dengan satu juta dan masih sisa. Betul kan bahwa Tuhan itu tidak pintar matematika?

Ah, saya cuma bercanda kok.

Buat saya, kalau dilihat dari logika manusia, Dia memang tidak pintar matematika. Mungkin murid saya yang kelas 2 SD lebih pintar dari Dia. Tapi satu hal yang harus digarisbawahi: MATEMATIKA TUHAN BEDA DENGAN MATEMATIKA MANUSIA.

Saya tidak tahu dan mungkin tidak akan pernah sanggup mengetahui persamaan apa yang digunakan Tuhan. Tapi kalau boleh saya menggambarkan, ya kira-kira demikian:


X = Y

di mana:
X = pemberian Tuhan
Y = kebutuhan

Ya, Tuhan selalu mencukupkan apapun kebutuhan kita. Tanpa kita minta pun, Dia sudah "menghitung" kebutuhan kita dan menyediakan semua lewat jalan-jalan- Nya yang terkadang begitu ajaib dan tak terduga.

Menyadari hal itu, saya bisa menanggapi cerita teman-teman yang "sukses" dengan penghasilan tinggi di luar kota dengan senyum manis. Soal penghasilan Tuhan yang mengatur. Untuk apa saya memusingkan diri dengan berbagai kekhawatiran sementara Dia telah menghidangkan rejeki di hadapan saya?

Yang perlu saya lakukan hanyalah melakukan bagian saya yang tak seberapa ini sebaik mungkin, dan Ia yang akan mencukupkan segala kebutuhan saya.

Friday, May 16, 2008

Success is not a destination, It's a Journey

Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan menghadiri sebuah seminar di jakarta. Dalam bayangan saya, yang hadir adalah orang-orang dari golongan menengah keatas yang menyenangi Personal Development. Tapi ternyata saya dapati bahwa yang hadir disana lebih beragam dari bayangan saya. Disana saya bertemu dengan GM Purchasing sebuah perusahaan yang terkenal, Manager dari perusahaan farmasi besar, Entrepreneur muda yang omsetnya mencapai 1 Juta Dollar setahun, Pengusaha konsultan pendidikan yang masih terlihat sangat muda, Mahasiswa, Anak baru lulus SMA, Kakek-kakek umur 70an dan Nenek2 skitar 60an, Lulusan luar negri yang lama berkarir di NY dan LA dan sekarang membuka bisnis internet di Indonesia.

Yang saya lihat adalah, orang-orang ini adalah orang-orang sukses. Bahkan di group saya (kita dibagi dalam group berisi 6 orang untuk permainan team) ada pengusaha dengan omset besar, top profesional di perusahaan telekomunikasi terkemuka, merchandiser sebuah merek fashion terkenal. Apa yang mereka lakukan disini ?. Bukankah ini seharusnya adalah untuk orang-orang mediocre ? orang-orang dengan prestasi setengah-setengah ? Tapi mereka ? Beberapa dari mereka merupakan proyeksi masa depan saya, sesuatu yang saya inginkan untuk "menjadi" di masa depan. Apa yang mereka lakukan disini ?

Ternyata saya temukan juga jawabannya di seminar itu, ketika Adam Khoo bercerita tentang definisinya mengenai sukses. Sukses adalah ketika saya bergerak lebih dekat kepada tujuan saya. Sehingga sukses bukanlah sebuah pencapaian, tapi perjalanan menuju sebuah tujuan. Jika saya tidak bisa bahagia saat ini, maka saya juga tidak akan bahagia nanti. walaupun saya sudah menjadi pengusaha kaya, profesional di puncak karier, pergi keluar negeri, atau berapapun harta yang saya miliki. Saya bahagia dan sukses sekarang, karena saya terus bergerak mendekati tujuan saya.

Dan seiring dengan sharing yang diadakan oleh orang-orang yang saya pandang sukses ini, saya melihat keindahan. Karena di titik sukses seperti apapun selalu ada masalah, selalu ada ketidak-sempurnaan. Dan keindahan yang saya rasakan bukanlah terletak pada "kesempurnaan" orang-orang ini, tapi pada "ketidak-sempurnaan" dan "perjuangan" mereka menuju keadaan yang lebih baik. Jadi persepsi saya sebelumnya bahwa "orang gagal" = "tidak indah" dan "orang berhasil" = "indah" menjadi berubah. "keindahan" = "usaha menuju keadaan yang lebih baik". Oleh karena itu, semua orang adalah indah dengan sendirinya.

Mungkin hal yang sepele, tapi dari perubahan mindset ini yang saya pelajari bahwa... tidak perlu ada keminderan, tidak perlu ada rasa malu atau segan jika bertemu dengan orang yang sebelumnya saya anggap lebih tinggi status,kepintaran,prestasi,karir,usaha, pengalaman atau apapun. Karena saya sama indahnya dengan mereka. Saya sedang berusaha menuju keadaan yang lebih baik, merekapun sama. Bahkan selama manusia hidup, pasti berusaha menuju keadaan yang lebih baik.

Waktu pertama saya duduk di ruangan itu, saya merasa saya tidak akan maju kedepan untuk berbicara atau menjadi volunteer atau apapun. Karena saya pikir, didalam kumpulan alumni yang notabene "sederajat" dan sudah saya kenal saja saya enggan. Apalagi dihadapan orang2 asing ini, orang2 "keren" ini.

Tapi perlahan dengan berubahnya mindset, terutama mindset bahwa saya dan "pemilik perusahaan garment yang menguasai pasar indonesia" adalah sama2 indah. Maka saya pun berani maju, berbicara di depan dengan menggunakan bahasa asing. Mendekati kumpulan di waktu istirahat, berbincang pribadi dengan lulusan luar negeri yang pernah menjadi desainer perusahaan internasional di NY.

Dan sama seperti saya, anda pun indah. Sama indahnya dengan semua orang lainnya.

Thursday, May 1, 2008

EMPAT HAL YANG MENGHAMBAT KITA


Oleh Adam Khoo

Ada 4 alasan utama yang menyebabkan kenapa banyak orang tidak dapat mencapai cita-citanya dalam hidup. Jika anda dapat mengatasi 4 halangan ini, secara praktikal anda pasti bisa mencapai apapun yang anda inginkan.

1. kepercayaan pada keterbatasan.
Alasan pertama yang membuat banyak orang terhambat dalam mengatur cita-cita mereka adalah percaya akan keterbatasan. Banyak orang hanya bermimpi tentang apa yang mereka idam-idamkan, namun bila diminta untuk membuat suatu komitmen target dan rencana, mereka bahkan tidak menghiraukannya. Sesuatu dalam diri mereka mengatakan "itu gak ada gunanya", bisa jadi karena hal tersebut sangat sulit dicapai ataupun mereka tidak punya cara untuk mendapatkannya.

Anda mungkin tidak tahu bahwa ini hanya percaya akan keterbatasan. Kecuali kita mendobrak generalisasi mengenai diri kita, kita tidak akan berani untuk merancang cita-cita yang akan membawa kita ke tingkat selanjutnya.

2. Mereka tidak mengetahui apa yang mereka inginkan
"Tapi, ...saya tidak tahu apa yang saya inginkan". Apa yang sebenarnya terjadi adalah banyak orang sekarang nyaris berhenti untuk bermimpi. Saya percaya bahwa sebagai anak-anak, kita semua pasti memiliki mimpi apa yang ingin kita miliki dan keinginan untuk menjadi apa yang kita inginkan pada saat kita besar nanti. Namun selama kita menjalankani hidup, kita menemukan banyak kegagalan dan kekecewaan secara rasional, sehingga pemikiran kritikal kita melarang kita untuk melanjutkan kegiatan mimpi kosong kita.

Setiap kali kita merasa senang terhadap sesuatu, suara dalam diri kita akan segera memberitahukan bahwa itu tidak mungkin dilakukan, anda tidak akan bisa melakukannya, itu mustahil, dewasalah dan kembalilah kedunia nyata. ( hal itu bisa saja gaungan suara orang tua kita, jika saja kita memiliki orang tua yang tidak neko-neko yang tidak suka omong kosong). Sebagai hasilnya, hal ini akan menahan kreatifitas kita dan melemahkan semangat kita yang merupakan elemen yang perlu kita bentuk dan rancang untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.

kita harus belajar untuk membuka kunci imajinasi kita dan mengatur agar kretaifitas kita bisa bebas.... bebas dari ketakutan and malu sehingga kita dapat bermimpi dengan jelas.

3. Takut akan kegagalan.
Ketakutan akan kegagalan atau bahkan penolakan dan rasa malu merupakan apa yang membuat banyak orang lumpuh bahkan sebelum mereka memulainya. Saya (Adam Khoo, pernah memiliki seorang peserta seminar yang tidak berani merancang cita-citanya karena ketakutan akan kegagalan jika saja ia tidak mendapatkan apa yang ingin hati dan pikiran yang ia rancangkan.
Hatinya mengatakan bahwa jika ia tidak merancang sesuatu yang ia harapkan maka ia tidak akan gagal.!

Ibu saya bahkan memiliki pemikiran yang sama sawaktu ia ingin mengambil ujian di tingkat rendah lebih 40 tahun yang lalu. Ia yakin bahwa ia tidak akan berhasil dalam bidang matematika yang juga merupakan pelajaran yang paling ia benci, sehingga ia memutuskan untuk tidak mengambil ujian tersebut.
Hal ini mungkin kedengaran gila, tapi banyak orang berpikir hal yang sama. Mereka percaya bahwa mungkin sebaiknya mereka tidak memiliki pengharapan pada sesuatu sehingga mereka tidak kecewa akhirnya.

apakah itu berarti bahwa orang yang berani merancang cita-cita tidak takut akan kegagalan? Saya tidak setuju akan hal itu. Saya pikir semua orang pasti akan membenci dan menakuti perasaan kegagalan, termasuk saya sendiri.
Jadi apa yang bis membuat agar mereka bisa mengatur cita-cita mereka dan melakukannya?
yaitu dengan bagaimana kita mengartikan kegagalan kepada diri kita. Satu-satunya orang yang dapat mengatakan bahwa kita telah gagal dan membuat kita merasa buruk adalah...diri kita sendiri.
ya, inilah bagaimana cara memukul diri kita sendiri. Pada saat kita tidak mendapatkan apa yang kita mau walaupun kita baru melakukannya sekali, kita langsung mengatakan bahwa kita telah gagal dan merasa buruk.

Sakit ini yang mencegah kita untuk melakukan langkah kedepan dan ini terjadi pada kebanyakan orang -tidak berani mengambil rencana yang lebih tinggi, dengan mengambil resiko.

4. Kecanduan terhadap kehidupan yang nyaman
Banyak orang tidak menyukai resiko karena mereka telah terlena dengan cara hidup
yang mulus, kehidupan yang mudah dengan kebiasaan dan materil yang nyaman. Mereka
tidak bersedia merubahnya dan tidak ingin kehilangan. Kecuali kehidupan nyaman tersebut tidak berada dibawah suatu tekanan, mereka tidak akan melakukan apapun untuk merubahnya.

Merancang cita-cita dan melakukannya memang biasanya merubah kebiasaan kita, mengorbankan waktu kita dengan teman-teman,dan hal-hal lain. Hal ini yang menyebabkan banyak orang yang melakukannya setengah-setengah . Pada saat kegiatan baru ini memiliki hasil yang tidak mereka inginkan, mereka menarik diri...ini terlalu berat.

Seorang teman yang mengajarkan detox & energi tubuh- mengatakan banyak orang yang
tidak mau mau melakukan program ini dan bahkan bila mereka percaya hal ini hanya bermanfaat bila dilakukan dalam jangka panjang. Mereka tidak berkeinginan untuk melakukannya. ..mereka lebih memilih cara singkat menelan pill dan tidak perduli dengan efek jangka panjangnya.

Tidak ada jalan pintas untuk sukses disemua bidang- bisnis/karir, kesehatan atau hubungan pribadi. Jadi, bersiaplah untuk melakukan apa yang dikatakan pengorbanan dan jika anda melakukannya, penghargaannya pasti akan anda miliki....

...........................
Raih kesempatan dan jangan biarkan kesempatan itu hilang dibawa pergi..

Di sarikan dan diterjemahkan dari

Thursday, April 24, 2008

Helen Keller Sebuah Kisah Hidup yang memukau

Mereka mengambil apa yang seharusnya menjadi penglihatanku
(Namun aku bisa mengingat damainya surga)
Mereka mengambil apa yang seharusnya menjadi pendengaranku
(Namun Beethoven telah datang dan menghapus air mataku)
Mereka mengambil apa yang seharusnya menjadi lidahku
(namun aku telah berbicara dengan Tuhan ketika aku masih muda)
Tapi Tuhan tidak membiarkan mereka mengambil jiwaku
(aku masih memiliki seutuhnya)


-Helen Keller




Hellen Adam Keller lahir sebagai anak yang sehat di Tuscumbia,Alabama, Amerika serikat pada 27 Juni 1880 disuatu tempat yang dikenal dengan nama “Ivy Green”. Dari ayahnya, ia merupakan keturunan Alexander Spottswood seorang gubernur colonial dari Virginia yang juga memiliki hubungan dengan keluarg-keluarga pahlawan Utara Amerika. Dari ibunya, ia memiliki hubungan darah dengan keluarga-keluarga new England termasuk Hales, Everetts dan Adamses. Ayahnya bernama Kapten Arthur Keller, seorang editor surat kabar North Alabamian. Kapten Arthur Keller juga memiliki ketertarikan yang kuat kepada kehidupan public dan merupakan orang yang berpengaruh dilingkungannya. Pada tahun 1885 dibawah administrasi Cleveland, ia diangkat menjadi Marshal untuk Alabama Utara.

Penyakit yang menimpa Helen keller pada saat berumur 19 bulan membuat ia menderita tuli dan buta sebelum ia mengetahui cara membaca dan menulis. Pada saat itu ia diduga mengidap demam otak dan mungkin saja sekarang lebih tepatnya dikenal dengan nama demam scarlet. Karena penyakitnya sejalan bersama pertumbuhannya, ia menjadi anak yang liar dan tidak patuh serta tidak mengenal dengan jelas dunia yang ada disekelilingnya.

Kehidupan Helen keller yang baru dimulai pada Maret 1887 ketika ia berumur kurang lebih 7 tahun. Hari itu merupakan hari yang paling penting yang selalu ia ingat dalam hidupnya, ia kedatangan seorang perempuan Anne Mansfield Sulivan dari Tuscumbia yang menjadi gurunya. Nona Sulivan, merupakan perempuan berumur 20-an lulusan Sekolah khusus orang buta bernama Perkin School. Ia merupakan orang yang mendapatkan penglihatannya kembali melalui serangkaian operasi. Ia datang atas unjuran simpatik Alexander Graham Bell yang merupakan kenalan keluarga Anne. Semenjak hari itu, edua orang tersebut, menjadi guru-murid yang tak terpisahkan hingga kematiannya pada awal 1936.

Nona Sullivan memulai tugasnya untuk mengubah anak yang tidak terkontrol menjadi sosok yang sukses dengan memberikan boneka yang merupakan buatan anak-anak dari sekolah Perkin (sekolah khusus orang cacat yang kemudian dibuat khusus untuk Helen). Dengan mengejakan d-o-l-l (boneka) melalui tangan , ia berharap dapat menghubungkan objek dengan huruf. Helen ternyata belajar dengan cepat dengan metode yang tepat pula, namun ia tidak tahu bagaimana cara untuk mengucapkan kata-kata. Selama beberapa hari, ia banyak belajar mengeja kata-kata baru namun dengan cara yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain.

Suatu hari ia dan “guru”-panggilan Helen untuk Sullivan- pergi ke tempat sumur pompa terbuka. Nona Sullivan mulai memompakan air dan menaruh tangan Helen dibawah keran air tersebut. Begitu air menyentuh tangan Helen, ia mencoba untuk mengeja secara perlahan kata ‘w-a-t-e-r (air) melalui tangan helen yang satunya kemudian semakin cepat. Tiba-tiba, sinyal itu dapat dimengerti oleh pikiran Helen. Ia akhirnya tahu bahwa water (air) adalah zat dingin luar biasa yang mengalir ditangannya. Setelah ia mengerti, ia berhenti dan menyentuh tanah dan menanyakan ejaan untuknya. Pada saat malam tiba, ia sudah mempelajari 30 kata-kata baru.

Sewaktu ia mengecap pendidikan, ia belajar menguasai alphabet dengan cepat, baik manual maupun huruf timbul khusus bagi orang buta serta meningkatkan kemampuan membaca dan menulis. Di tahun 1890, ketika umurnya masih 10 tahun, ia mencoba untuk belajar berbicara. Entah bagaimana ia mengetahui bahwa seorang gadis buta tuli di Norway sudah dapat berbicara dengan baik. Nona Sarah Fuller di Horace Mann School merupakan orang pertama yang menjadi guru vokal untuknya.

Sejak ia masih kecil, ia selalu berkata suatu hari saya akan masuk perguruan tinggi dan akhirnya ia membuktikannya. Pada tahun 1898, ia berhasil masuk ke Cambrige school for young ladies sebelum akhirnya ia masuk ke Radcliffe College pada musin gugur 1900 dan menamatkan sekolahnya pada tahun 1904 dengan prestasi Cumlaude. Selama tahun-tahun berikutnya sampai ia meninggal di tahun 1936, Anne Sullivan selalu berada disampingnya, terus menerus mengeja buku demi buku, ceramah demi ceramah melalui tangan Helen.

Pendidikan formalnya berakhir sewaktu ia menerima gelar Sarjana Muda, namun selama hidupnya ia selalu belajar secara informal hal-hal yang penting bagi masyarakat moderen. Dengan pengetahuannya yang luas serta banyaknya pencapaian dibidang pendidikan, ia dianugerahkan gelar doktor kehormatan dari temple university dan harvard university seta dari universitas Glasgow di Skotlandia; Berlin, Jerman; Delhi, India; dan Witwatersran di Johannesburg Afrika Selatan. Ia juga merupakan peserta kehormatan untuk education institute di Scotland.

Pada tahun 1905, Anne Sullivan menikah dengan John Macy,seorang kritikus dan sosialis terkemuka. Pernikahan tersebut tidak merubah hubungan guru dan murid tersebut. Helen akhirnya tinggal bersama Anne dan suaminya. Keduanya terus memberikan waktu untuk pendidikan dan aktifitas Helen. Selama masih berstatus murid di Radcliffe, Helen memulai karir menulis yang kemudian ditekuninya selama hampir 50 tahun. Pada tahun 1903, The story of My Llife (kisah hidupku) muncul dalam bentuk cerita bersambung di Ladies Home Journal dan kemudian muncul dalam bentuk buku. Merupakan karya yang paling populer dan telah diterjemahkan ke dalam 50 bahasa termasuk Marathi, Pusthu, Tagalog dan Vedu. Juga dibuat dalam bentuk edisi buku tipis di Amerika Serikat. Publikasinya yang lain adalah : Optimis; An Essay; The World I Live In; The song of the stone wall; Out of the Dark; My Religion; Midstream- my later life; Peace at eventide; Helen Keller in Scotland; Helen Keller Journal; Let us have faith; Teacher, Anne Sullivan Macy dan the open door.

==================================================================

Setelah membaca cerita ini timbul pertanyaan dalam diri saya, apakah yang menghalangi keinginan saya untuk belajar suatu ilmu/keterampilan yg ingin saya miliki ?
ketiadaan buku ?
ketiadaan waktu ?

Anak kecil ini memiliki halangan yang lebih besar...ketiadaan penglihatan, ketiadaan kemampuan mendengar, juga tidak tahu caranya berbicara dan bertanya,
toh tidak menghalangi semangatnya untuk maju...

maka kitapun, yang diberi karunia yg lebih banyak, harus terus bersemangat untuk maju...

Diambil dan disarikan dari

Wednesday, April 23, 2008

Elang dan Kelinci

Seekor elang duduk di sebuah pohon, berisitirahat dan tidak melakukan apa-apa.

Dari bawah, seekor kelinci melihat elang itu dan bertanya, "Dapatkah aku seperti kamu, hanya duduk dan tidak melakukan apa-apa?"

Elang menjawab: "Tentu saja, kenapa tidak."

Lalu, kelinci pun duduk beristirahat di tanah di bawah pohon tempat Elang bertengger.

Tiba-tiba seekor rubah muncul, menerkam kelinci tersebut dan memakannya.

pelajaran dari cerita ini:
Jika anda ingin hanya duduk dan tidak melakukan apa-apa, anda harus duduk sangat, sangat tinggi di atas sana.

diambil dan disarikan dari Five Minutes Management Course

Monday, April 14, 2008

Pengemis dan Sebuah Kotak

Seorang pengemis telah duduk dipinggir jalan selama berpuluh2 tahun. Suatu hari seseorang lewat didepannya. Pengemis itu berkata "punya uang receh?". Orang itu menjawab "Saya tidak punya apa2 untuk diberikan kepadamu". Lalu dia bertanya "Apa itu yang kamu duduki?". "Bukan apa-apa..." jawab si pengemis, "Cuman kotak tua". Dari dulu pengemis itu duduk diatasnya tanpa pernah ingin tahu. "Pernah melihat kedalamnya?" tanya orang itu lagi. "Tidak pernah" jawab pengemis, "Apa untungnya, apa gunanya? Tidak ada apa2 disana". "Cobalah lihat kedalam" orang itu berkeras. Si pengemis mencoba membongkar tutupnya. Dengan terkejut dan penuh rasa tidak percaya, dia melihat kotak itu dipenuhi dengan emas.

Saya adalah orang asing yang tidak punya apa2 untuk diberikan untuk diri anda, saya hanya meminta anda untuk melihat kedalam. Bukan kedalam kotak seperti yang ada dalam cerita diatas, tapi disuatu tempat lain yang lebih dekat lagi: didalam diri anda.

Mungkin anda akan menjawab "Saya bukan pengemis".

Tapi mungkinkah selama ini kita "meminta dan mengejar-ngejar kenikmatan singkat" pada harta, hobby, kekasih, bos, pekerjaan, jabatan atau apapun itu. Padahal sebenarnya kita memiliki harta karun yang tidak hanya mencakup semuanya, tapi juga lebih besar dari apa yang mungkin ditawarkan oleh dunia ? Kedamaian Sejati yang Tak Tergoyahkan... Pancaran Kebahagiaan yang Tak Putus-putus.... Perasaan bahwa anda, saya dan kita semua terhubung dengan sesuatu yang tidak terukur, dan tidak bisa dideskripsikan...

diterjemahkan dan disarikan dari The Power of Now - Eckhart Tolle

free html hit counter
Provided by hit-counter-download.com company.